FGD Dirjen Kebudayaan Kemendikbu RI Undang Elmustian sebagai Narasumber Tari Zapin

Pekanbaru, 26 Juli 2023
Direktorat Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi mengundang Koordinator Program Studi Magister Pendidikan Bahasa Indonesia, Dr. Elmustian, MA sebagai narasumber pada Diskusi Terpumpun (FGD) dengan topik Penguatan Karakter Budaya Melayu melalui Zapin Meskom sebagai Warisan Budaya Tak Benda Indonesia. Elmustian diberi tugas menjelaskan tentang nilai, makna, dan filosofi di balik Tari Zapin Meskom. Bengkalis. Acara berlangsung di Gedung M. Yazid Dinas Kebudayaan Provinsi Riau, Pekanbaru, pada 26 Juli 2023.
Menurut Elmustian, Zapin menitikberatkan gerak pada kaki. Gerak isyarat tangan, lengan bertindak sebagai penyeimbang (harmoni) dan mempunyai bentuk khas, seperti mengayuh sam-pan, mengayun bebas, memegang bagian depan kemeja dengan satu tangan dan tangan lain di belakang, telapak tangan terbuka atau mengepal dengan jari telunjuk menunjuk dengan anggun.
Pola tari dikelompokkan ke dalam setiap unit musik ABC yang diulang-ulang sesamping songket (sarung tenun songket benang emas) dan ikat kepala lacak atau destar. Zapin Arab tetap dibawakan oleh penari lelaki, tetapi zapin Melayu sekarang juga dibawakan oleh kelompok penari perempuan, atau lelaki dan perempuan.
Penari perempuan mengenakan sarung songket, baju kurung atau kebaya panjang, dan selendang. Selendang dikenakan menutupi rambut, diselempangkan menyilang dada, atau mengikat pinggang. Selendang disangkutkan pada sanggul dan dihias dengan beberapa sunting (hiasan penjepit rambut) atau bebungaan. Mengambil semangat air atau bahari Kesan alunan gelombang, mengayuh atau “mendayung”.
Lihat zapin di Pulau Tujuh Zapin Tali, zapin tembung, dan zapin tempurung. Pengolahan gerak struktur sudah sangat tematik, Tak memiliki“nasab” salah satu ciri khas milik komunitas.Pengaruh lain, dapat dilihat pada kehidupan satwa/ungags, seperti  keluang, ayam dapat dilihat pada dikenal nama ragam gerak “siku keluang”, “singke”, “catuk”. Kental pengaruh perilaku komunitas masyarakatnya yaitu olahan gerak seperti menyeberang parit, meniti di atas pokok kayu yang rebah di atas permukaan parit, berjalan, melangkah, melompat, bertani/berkebun, menentukan arah, memasang jerat. Dapat dilihat pada ragam tari zapin seperti: “titi batang”, “langkah biasa” (1 s.d. 8-12), “mata angin”, “sentak jerat”, “jeruk manis”, dari serengkil tajuk ragam pada sebuah reportoar zapin.
Nama dan dasar gerak diilhami dari kehidupan ekologi masyarakat: Ragam Alif  dapat disimak pada ragam awal zapin dimulai tanda kebesaran Allah, istiqomah;  Ragam  Siku  Keluang  – dapat dilihat pada gestur dari pergerakan keluang; Ragam Titi Batang dapat dilihat pada tingkah laku manusia yang berjalan meniti sebatang kayu yg dipergunakan sebagai jambatan, Ragam Anak Ayam Patah seperti meniru kaki anak ayam patah berjalan diiringi  dg lagu Zapin Anak Ayam Turun Sepuluh. Pergerakan duduk bersimpuh bertegak lutut seperti persiapan untuk menghadapi masa hadapan. Tangan kiri pada posisi menyiku ke hadapan dengan jari separuh menggenggam memperlihatkan masyarakat selalu siap memikul beban di pundaknya. Penari memulakan tari saat pemetik gambus telah menyanyikan lagu memberi nilai bahwa budaya Melayu itu selalu saling berkerja sama bahu-membahu.
Filosofi mengacu pada syariat, longgar dan menutup aurat dapat dilihat pada dikurung oleh syarak, dikungkung oleh adat.Penari lelaki menggunakan pakaian lelaki dapat dilihat pada  stelan baju Melayu cekak musang atau Teluk Belanga, kain sampin serta kopiah atau peci atau tutup kepala. Kesantunan tetap dijaga dalam keadaan bagaimanapun. Di depan sultan atau upacara perkawinan, sunat rasul, menyambut tamu,  penarinya pakaiannya menggunakan kain tenun Istana, seperti tenun Siak atau Bengkalis. Pakaian Tari wanita memakai Kebaya panjang, Kain tenunan siak/Bengkalis, Hiasan kembang goyang, untuk sanggul, Gelang dan dukuh (rantai papan). (01)